Perpustakaan Batu Api, Bukti Nyata Cinta Literasi dan Seni

By pribadiprita - January 13, 2021

Papan nama Perpustakaan Batu Api Jatinangor

Musim hujan diawal tahun menggiring kakiku untuk bersantai menuju tempat unik di kawasan pendidikan Jatinangor, yaitu Perpustakaan Batu Api pada kemarin sore, Selasa (12/1). Dari namanya saja sudah cukup membuat aku penasaran, apa sejarah dan filosofi penamaan Batu Api ini? Ternyata jawabannya gak ada😂. Aku sempat mengobrol dengan pemiliknya, hanya Tuhan dan ia yang tahu atau mengerti mengapa dua kata itu muncul sebagai papan nama perpustakaan ini. Lanjut! Tempatnya nyaman karena pemiliknya menyisakan sebagian rumahnya untuk mendirikan perpustakaan yang berdiri sejak tahun 1999 ini. Jadi ini memang sebuah rumah yang disulap jadi tempat baca dan kumpulnya para pembaca, termasuk mahasiswa sekitar.

Kemarin menjadi kali pertama aku menjajaki tempat ini. Sempat kebingungan saat akan masuk perpustakaannya karena sandal para pengunjung ada di luar. Apakah benar-benar harus lepas alas kaki? Lalu akhirnya aku masuk tanpa flat shoes hitam yang biasa aku pakai. Melihat-lihat suasana sekitar dan tentu bukunya. Sambil memilih buku yang hendak dibaca, ternyata penyimpanan buku ini berdasarkan tema dan dijajarkan rapih sesuai penulisnya tanpa ada kode buku layaknya perpustakaan di lembaga besar. Buku yang ada disini beragam; mulai dari sejarah,  seni, agama, materi bacaan untuk perkuliahan, hingga novel. Tapi jarang ditemukan buku yang sedang hits saat ini. Jadi koleksi bukunya ini lumayan selektif, kebanyakan buku lawas dan langka tapi tetap menggunggah ketertarikan calon pembaca, bagiku. Jangan khawatir pula! Untuk kalian yang menggemari penulis happening dari zaman kini juga ada seperti Tere Liye, Dee Lestari, sampai Leila Chudori.

Suasana Perpustakaan Batu Api

Setelah menjelajahi berbagai buku dari rak besar itu, akhirnya aku menarik buku karya Eka Kurniawan berjudul Cantik Itu Luka dengan sampul buku edisi lama. Merasa menemukan harta karun karena sedari dulu penasaran dengan isi cerita dari buku best seller yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa ini.

Selanjutnya aku pilih tempat duduk di area luar biar bisa santai menaiki kaki ke atas kursi hehe. Jadi untuk kalian yang berkunjung kesini, kalian bisa pilih duduk disegala area. Didalam ruangan itu bisa duduk di kursi yang agak tinggi tanpa sandaran atau bisa duduk lesehan diatas kayu sekotak yang telah disediakan. Sementara diluar ruangan, tepatnya beranda rumah perpustakaan ini disediakan meja kursi seperti layaknya di teras rumah dihiasi pot tanaman dan beberapa dekorasi lonceng angin.

Teras Perpustakaan Batu Api

Ruangan dalam Perpustakaan Batu Api dan meja kerja Anton

Ruangan dalam Perpustakaan Batu Api dan tempat lesehan dari bahan kayu

Suasana membaca cukup nyaman dengan nuansa remang-remang diiringi lagu-lagu lawas kesukaan Mas Anton. Yap! Itu namanya, nama pemilik perpustakaan sederhana ini. Seperti tagline yang tertera didepan rumah: buku, musik, film. Mas Anton ini sangat menyukai ketiga hal itu. Mendirikan perpustakaan ini menjadi bentuk kecintaannya sekaligus keinginan berbagi kepada masyarakat mengenai literasi dan seni. Mas Anton mengungkapkan, disini tak hanya sekadar membaca buku. Melainkan diskusi dan mengkritisi suatu hal, dimana fokusnya adalah literasi, seni musik, dan per-film-an. Sayangnya disebabkan pandemi Covid-19 sudah lama ia tidak merencanakan diskusi seperti biasanya itu. "Terakhir tahun 2018," kata Mas Anton dengan gaya santainya. Selain itu, Mas Anton memfasilitasi pengunjung yang tertarik dengan musik dan film dengan membawa flashdisk atau semacamnya untuk disalin secara cuma-cuma. Mantep banget kan?! Mas Anton juga sering menemukan hal baru mengenai literasi, musik dan film; hasil mengobrol dengan para pengunjung. Hal itu membuat Mas Anton mencari tahu, membuat kliping, lalu berbagi dengan para pengunjung. Jadi, Mas Anton ini wawasannya luas banget nih, terbuka sama hal baru. Apapun yang kalian cari, yakin ada semua dengan membaca, menonton, mendengarkan dan mengobrol disini. Tapi dengan catatan, kalau Mas Anton suka berarti diadain ya barangnya! Hihi. Mas Anton melanjutkan, kalau ia lebih senang menyebut tempat ini sebagai warung karena ia mengaku tidak begitu mengerti tentang pengaturan penyimpanan buku dengan berbagai kode huruf-angka. Ia juga tidak berniat menyewa pustakawan yang mengerti akan hal itu. "Penyimpanan buku dan koleksi buku, musik, film disini suka-suka saya aja. Yang ada disini berarti yang saya suka," tuturnya.

Walaupun begitu, konsep suka-sukanya Mas Anton ini gak terkesan acak-acakan. Semua terususun rapih, ia hafal dengan ketersediaan dan penyimpanan bukunya. Serta mampu me-manage penyewaan buku-bukunya itu. Tempatnya pun bersih baik itu didalam atau luar ruangan. Jadi, aku gak merasa terganggu dengan fasilitas yang ada.

Senangnya dari perpustakaan ini, kalian bisa meminjam buku seharga Rp 10.000,00/ buku selama satu minggu. Jika ada keterlambatan pengembalian buku akan didenda Rp 1.000/ hari. Lalu khusus untuk kliping, kalian bisa menyalin dengan harga Rp 500,00/ lembar. Selain itu, kemarin menjadi hari aku mendaftar keanggotaan di perpustakaan ini dengan biaya Rp 15.000,00. Bermanfaat dan terjangkau banget. FYI, aku jadi anggota yang ke-14.354! Udah banyak banget kan.

Kartu keanggotaan Perpustakaan Batu Api tampak depan

Kartu keanggotaan Perpustakaan Batu Api tampak belakang

Yuk ke Jatinangor! Langsung berkunjung ke tempat ini di Jalan Raya Jatinangor Nomor 142 A, Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Buka sedari Senin sampai dengan Sabtu, pukul 10.00 s.d. 18.00 WIB. Tempatnya strategis banget loh, dekat dengan pedagang kaki lima, toko alat tulis, dan Jatos pula. Oh iya! Kalau kalian lihat di kartu keanggotaan itu alamatnya Jalan Pramoedya Ananta Toer Nomor 142, itu hanya bercandaan nama alamat aja biar tahu kalau ini tuh surganya pecinta buku 😅 atau jangan-jangan Mas Anton penggemar berat Mas Pram nih? 😂




  • Share:

You Might Also Like

2 comments