Annoying Me :) Part 2

By pribadiprita - March 08, 2023

Ilustrasi Annoying :) Me Part 2

Welcome back di bahasan yang akan membuatmu memutuskan 2 macam perasaan. Antara kesal atau berkata "i'ts ok". Yang udah baca part 1 pasti udah kenal dengan tipe kepribadian MBTI-ku, yes INFP. Dari segala kekurangan dan kelebihan kepribadian manusia, semuanya terlihat menarik secara teori, tapi beda lagi ya kalau udah disatukan dengan pengalaman. Ujung-ujungnya bakal ada istilah "se-frekuensi" atau "gak se-frekuensi". Ya gak apa-apa sih, kalau berteman sama semua orang di lingkungan kita apalagi sedunia, kan pasti repot juga wkwk. Kedua kali, mau ngasih tau lagi annoying-nya diri ini, entah relate atau engga dengan kalian terutama introvert people in this world wkwk. Langsung aja tanpa basa-basi.

1. Takut Saat Ada yang Ketuk Pintu Rumah

Ilustrasi: hipwee.com
Mungkin ini hal terkonyol sih terutama untuk para ekstrovert di luar sana, tapi ini real feelings😅. Sama dengan bahasan part 1 soal "Don't Call, Just Chat Please", ketukan rumah juga bikin perasaan campur aduk apalagi kalau sempat lihat orangnya ternyata gak dikenal, semakin takut dan gak mau buka. Entah kenapa sih, tapi aku merasa hal ini ada plus minusnya. 

Mau cerita dulu, dari dahulu itu aku sering dikasih tau sama mama saat semua orang di rumah pergi, "kalau ada yang ngetuk rumah gak usah dibuka, apalagi yang gak kenal". Pastinya mamaku takut orang jahat atau sejenisnya, khawatir dengan anak-anaknya ditinggalkan sendiri di rumah. Karena orang tuaku itu kerja, jadi sepi di rumah. Mungkin hal itu juga berpengaruh ke alam bawah sadar kali ya, ke diri sendiri tuh jadi menanamkan hal itu atau mungkin aja itu memang bawaan dari karakter aku aja. Gak tau jelas sih.

2. Konsep Basa-basi

Ilustrasi: id.quora.com
Pernah ngalamin gara-gara gak basa-basi dibilang gak ada simpati atau gak sopan? Ya, aku sangat pernah. Ditambah yang bikin gak sukanya adalah, diomongin oleh orang yang gak deket dan bukan siapa-siapa. Kayak helloooo, are you close enough to me?😌 Menurut kalian basa-basi itu apa dan bagaimana sih?

Sudut pandangku mengenai basa-basi ini simpel sih, cukup dengan kata assalamualaikum saat datang di kerumunan semisal di kantor, cukup dengan say hello saat berpapasan dengan teman, cukup mengangguk atau senyum saat berpapasan dengan orang yang lebih tua (dalam konteks gak dekat atau bukan mahrom). Bukan ngobrol panjang pas berpapasan semisal hey kemana aja?, lagi apa?, sombong banget sih, dan seterusnya. Ya itu mah bukan basa-basi tapi ngeselin karena harus menjelaskan demi mengonfirmasi saya itu tidak sombong. Hfft capek deh. Atau itu mah bukan basa-basi melainkan harus ngobrol agak panjang ya untuk menjelaskan sesuai pertanyaan dia. Di sisi lain juga, kalau basa-basi dengan pertanyaan kayak gitu tuh, malah aku berpikir "sebenernya lu niat nanya gak sih, kalau gak niat gak usah aja." Mending say hello doang deh kata gueeee~~. Intinya fungsi basa-basi itu sebagai sikap kesopanan, dan dilontarkan dengan tulus. Kenapa harus tulus? Karena kalau basa-basi ke orang yang gak disuka, jujur saya tidak bisa ya😌.

Di situasi lain, semisal lagi berbarengan atau berkumpul, basa-basi itu sangat gak perlu kalau emang gak ada momen seperti momen lagi berjualan, lagi bercerita, lagi sharing. Bahkan aku dengan teman dekatku aja, kalau lagi duduk bareng tapi gak ada bahasan, ya udah diem aja, gak maksa diri untuk mengobrol daripada ngobrolin sesuatu yang emang gamau tau banget.

Jadi, dear orang yang pernah berkata kalau aku gak punya simpati dan gak sopan, coba pikir dulu deh konsep basa-basinya kayak gimana. Atau coba agak peka deh apakah aku bersikap seperti itu karena gak sopan atau gak suka sama manusianya? Hehe, sorry not sorry.

3. Benci Saat Mengulang Perkataan yang Sama di Waktu yang Sama

Ilustrasi: id.quora.com
Sangat sangat benci dengan momen ini. Beda lagi kalau memang perkataanku itu tidak terdengar dengan tidak sengaja. Entah suaraku yang terlalu pelan atau gak jelas atau bahkan yang ditanya lagi gak fokus, kalau selain alasan gak disengaja itu aku benci sekaliiiii. Misalnya, ada aja nih orang yang memang spontaneous words-nya itu "hah?", padahal sebenarnya dia dengar dan tau jelas, tapi karena spontaneous words itu udah jadi kebiasaan, malah jadi seolah gak terdengar. Hffft

Ada yang lebih kesal lagi nih, misalnya seseorang udah tanya tentang A dan udah dijawab. Terus gak lama dia nanya lagi, oke tuh masih aku jawab dengan perasaan yang udah gregetan. Terus nanya lagi dengan pertanyaan yang sama ke-sekian kalinya, dengan jawabannya yang sama ke-sekian kalinya juga. Kebayang gak sih? Kayak, ngapain sih nanya berulang kali di topik dan waktu yang sama (????) It just makes you look bad. Terlebih, ngomong terus bukan hobiku juga wkwk.

Terus gimana kalau aku sendiri mengulang pertanyaan di waktu yang sama? Semua orang pasti banget pernah termasuk aku, tapi aku bersyukur sih spontaneous words-ku bukan semacam "apa" atau "hah". Kalau jawabannya semacam itu berarti gak terdengar beneran.😁

4. Benci Saat Berubah-ubah Keputusan/ Gak Konsisten

Ilustrasi: iq.quora.com
Pada umumnya, karakter introvert tuh gak suka dengan perubahan apalagi yang sifatnya drastis. Tapi hanya di momen tertentu. Misal, aku gak suka dengan keputusan yang berubah-ubah lebih dari dua kali karena satu kali pun sebenarnya udah pasti mempertanyakan tentang pertimbangan kenapa mengubah keputusannya. Tapi misal, aku sangat gak apa-apa tentang janjian main yang gak jadi atau di-cancel, bahkan bisa sangat happy walaupun udah siap-siap dan tinggal pergi. Jadi agak susah untuk dijelaskan perbedaan momennya yang seperti apa karena setiap kejadian atau momen tuh pasti punya tingkat urgensi sendiri dan ada faktor “akunya kepengin”, “akunya menganggap hal itu serius atau penting, dan sejenisnya. Menurut aku mengubah-ubah keputusan itu sangat menyebalkan dan membuat kesan yang buruk bagi yang ngelakuinnya. Karena sebelum menyepakati suatu hal, pastinya sudah melewati fase ngobrol, pertimbangan, dan rencana yang matang. Jadi, gak bisa dilakukan seenaknya. Soal gak apa-apa kalau suatu momen di-cancel, berarti kebalikannya. Mungkin tingkat urgensi dan faktor-faktor tadi gak terlalu menghambat ke diri sendiri. Dengan kata lain, kalau keputusan yang gak konsisten itu jadi ngerugiin  dan mematahkan harapan orang lain, itu bukan hal yang baik ya. Sebenarnya permasalahan kecil ini udah masuk etika dasar, tapi mungkin butuh perhatian yang besar, supaya bisa lebih menghargai orang dan perasaannya.

Sekian🙏

And how? Annoying or not?


  • Share:

You Might Also Like

0 comments