Ketika Memutuskan Hal Besar dalam Hidup

By pribadiprita - June 24, 2022

Mama tercinta

Bicara soal mengambil keputusan, sebenarnya yang satu ini adalah hal tersulit selama aku hidup. Bahkan jika aku disuruh menuliskan kelemahanku di sebuah kertas saat melamar kerja, ia adalah: sulit atau butuh proses yang (sangat) panjang untukku mengambil keputusan. Menurutku, mengambil keputusan itu harus banyak mempertimbangan segala sisi, bahkan melibatkan pandangan beberapa pihak. Atau setidaknya butuh analisis SWOT dengan proses berpikir secara matang. Ya, idealnya kalau menurut teori di bidang manajemen atau administrasi. Sayangnya, kali ini aku dihadapi dengan: memutuskan siapa yang pantas menjadi pasangan hidup selamanya. Tentu gak bisa pakai istilah manajemen yang aku dapat dari pelajaran di kuliah. Melibatkan tingkah laku dan segala bentuk emosi manusia itu cukup kompleks. So, theory can’t solve problems, but myself (should be) can. Cara manusia dengan cara manusia. Hati dengan hati pula.

Mencapai titik ini, yang sebentar lagi menuju hari pernikahan; rasanya masih gak percaya dengan segala yang aku lewati bersama pasangan. Karena gak cuma senangnya aja, tapi banyak juga cobaan berat yang kami lewati. Sampai akhirnya aku baru sadar, bahwa aku cukup surprised sama diriku sendiri karena berani mengambil keputusan yang gak simpel ini—di samping ini sudah takdir dari Allah Swt.

1. Hello Friends, Goodbye People

Diawali dengan masalah pendekatan aku dan pasangan yang merumitkan satu pihak lain. Gak tau mulai dari mana kenapa bisa sampai rumit ke pihak yang lebih luas. Sangat menguras tenaga karena pada prosesnya memaksa kita untuk menjelaskan sesuatu di mana ada beberapa hal yang bukan porsi mereka. Dan yang lebih penting sekaligus menganehkan; it’s not their business actually😂🤦‍♀️ 

Tapi dari sini aku dan pasangan belajar hal yang baru bahwa kebencian itu menular, sama halnya dengan kesukaan atau kekaguman. So, penting banget loh untuk memilih di tempat mana kita akan tumbuh. Diri kita yang memutuskan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan positif. Kami juga belajar soal friend relationship. Sabar jadi kunci kami buat melewati semuanya tanpa banyak bunyi nyaring sana-sini. Ada kala kami gak 100% benar, tapi seorang yang mengaggap kami adalah temannya akan selalu menjadi penegur dan pengingat yang bijak. Menjadi pendengar yang baik saat sebenarnya aku menjalani hal sulit di masa-masa sebelumnya. Dan dikala kami benar pun, teman akan menjadi pendukung yang asik. Maka, terima kasih yang telah memilih kami menjadi teman kalian. Dan sorry to say goodbye buat orang di luar sana yang tidak bisa men-support tujuan baik kami atau sekadar mendengarkan kami.

2. Mama Mungkin Pergi, tapi Tidak di Hati Kami

Prita dan Mama (kiri), Murid mama dan Mama dengan kue ulang tahun Mama (kanan)

Cobaan yang sangat berat bagi keluargaku, yang gak bisa diganti dengan siapa pun atau materi sebesar apapun. Yaitu kehilangan mama untuk selamanya.

“Salah satu pintu surga telah tertutup. Salah satu doa mustajab telah terputus. Semoga Allah mengampuni segala dosa & menerima amal ibadah… We'll miss u mom.” —Anak pertama mama kami, kakakku, Puja Antara.

Gak pernah membayangkan akan menikah tanpa diwakili seorang mama. Seseorang yang kasih sayang dan doanya paling tulus di muka bumi ini. Seseorang yang suaranya didengar sampai langit.

Masih ingat dengan suasana di ruang UGD, masih ingat dengan rintihan sakit dan dinginnya mama, masih ingat dengan tangisan dan lemasnya raga kami, masih ingat dengan bisikan dan pelukan terakhir kami. Aku juga masih ingat tatapan terakhir mama di sana. Hingga kini masih terasa sakit kalau mendengar suara khas ambulans yang waktu itu mengantarkan kami ke rumah untuk memandikan mama. Tepat selesai aku salat ashar, mama tak lama berpulang sembari menunggu Bapak hadir di ruangan. Mama berpulang dengan damai dan tenang. Mama orang baik, banyak yang baik pula datang mendoakan dan turut mengurus mama.

Kini, walaupun sibuk menyiapkan segala kebutuhan pernikahan, aku selalu ingat mama setiap hari tanpa jeda. Bahkan menulis ini pun gak bisa menahan tangisanku. Satu-satunya yang menjadikanku kuat adalah husnudzonbillah dan ingat rasa syukur. Aku sangat percaya dengan takdir Allah Swt, percaya dengan kekuatan doa, bersyukur dengan apa yang masih aku miliki hingga hari ini, bersyukur mendapatkan hal besar yang baik yaitu menikah dengan Teguh dan mengenal keluarganya. Walaupun mama tak bisa tergantikan, aku bersyukur akan bisa melakukan ibadah terpanjang ini. Bersama (insyaallah) seseorang yang selalu bisa diandalkan. Alhamdulillah, Teguh adalah orang yang selalu menyangiku, keluargaku, bahkan temanku. Berdebat dengan dia pun selalu memunculkan pelajaran yang baru. Semoga mama dan Allah meridai apa yang kami pilih sampai akhir.

Mama, izinkan aku dan Teguh menikah dan kelak mendapatkan keturunan yang saleh/ salehah. Kami akan mengenalkan betapa bangganya kami memiliki mama kepada keturunan kami.

I love you forever, Mama. Engkau tak pernah terlupakan. Sampai berjumpa lagi di tempat yang lebih baik nanti🤍🕊



  • Share:

You Might Also Like

0 comments