Exodus ke Planet Lain Bareng Muse!

By pribadiprita - April 26, 2020

Ilustrasi: pribadiprita.blogspot.com

Halo! Akhirnya bisa mengisi rubrik Music Talk lagi. Selalu happy kalau ngomongin tentang musik karena buat aku musik itu salah satu medium yang paling 'aku banget', maksudnya bisa menyalurkan seluruh emosi aku dibandingkan setelah menonton film. Mau itu lagi sedih atau senang, musik itu kan gampang banget diaksesnya dan gak butuh kuota yang banyak juga buat bisa dengerin musik hehe. Walaupun musik hanya bisa didengar—beda dengan film yang juga bisa dilihat—justru sensasinya disitu karena kita cuma bisa menghayati dari lirik dan alunan musiknya saja. Kita bebas bikin perspektif dan berimajinasi dari musik yang kita dengar, bahkan untuk musik instrumental sekalipun. Itu khusus tipikal aku sih.

Balik lagi ke bahasan utama, berbeda dengan konsep di Music Talk sebelumnya, kali ini aku bakal ngomongin makna sebuah lagu dari band yang terkenal dan legendaris asal Inggris, Muse. Lagu dari band ini memang hampir enak semua. Ada satu lagu yang sebenarnya dari dulu sudah tahu tapi baru kali ini berniat untuk dibahas. Satu lagu ini tuh cukup berbeda dari lagu Muse sebelumnya karena lagu yang ini nyanyinya lebih sedikit daripada main musiknya dan punya beberapa part buat nyeritain lagu ini. Ini dia, Exogenesis Symphony!

Dari judulnya saja, ketahuan kan kenapa main alat musiknya lebih dominan? Exogenesis Symphony ini keluaran album kelima yang berjudul The Resistance. Dirilis di Amerika Serikat tanggal 19 April 2010 dengan total durasi lagu 12 menit 51 detik. Exogenesis ini dibagi menjadi 3 bagian, dikemas dalam judul yang sama tapi berbeda konsep disetiap bagian yakni; Exogenesis Symphony Part 1 (Overture) berdurasi 4:18, Exogenesis Symphony Part 2 (Cross Pollination) berdurasi 3:56, dan Exogenesis Part 3 (Redemption) berdurasi 4:37. Sebenarnya ada satu bagian lagi yang dirilis secara terpisah—masih menggunakan judul yang sama yaitu Exogenesis Part 4 (Salvation), tapi tak tahu kenapa untuk bagian terakhir ini gak banyak informasinya di internet.

Exogenesis ini disebut-sebut sebagai masterpiece albumnya Muse karena song writer dan orchestral arrangements-nya dilakukan langsung oleh sang vokalis, Matthew Bellamy dan ditulis selama beberapa tahun. Gak main-main, orkestranya juga pakai konduktor, oleh Audrey Riley. Exogenesis ini nama asalnya Symphonic Monster, sampai finalnya sekarang dikenal dengan nama Exogenesis Symphony.

Pertama kali dengar tentang Exogenesis ini waktu jaman SMA pada mata pelajaran TIK. Memang guruku ini selalu menyelipkan pesan-pesan kehidupan lewat tayangan disetiap kelasnya. Waktu itu guruku menampilkan video animasi asal Jepang bernuansa hitam putih, tanpa dialog, hanya cerita animasi diiringi lagu Muse ini. Awalnya sama sekali tidak tahu judul dan grup musik apa, tapi pertama dengar aku langsung in love sama lagunya sampai selesai pelajaran itu aku minta muterin videonya lagi secara personal terus aku rekam pakai aplikasi music detector menggunakan gawai Sony Ericson-ku. Dan dapatlah hasilnya "Exogenesis Symphony Part 3 by Muse". Se-obses itu aku cari tahu. Dari situ aku langsung mencari tahu segala hal tentang Exogenenis Symphony ini. By the wayout of the topic, animasinya juga sangat menyentuh ditambah lagu iringannya juga pas banget. Here I share the video link for you guys (https://youtu.be/JXcV6dOMUZs).

youtube.com

Setelah aku mencari data, exogenesis ini mengandung dua makna di dalamnya yaitu exodus dan gen. Exodus artinya meninggalkan tempat asal (kota, negeri) yang dilakukan oleh penduduk secara beramai-ramai. Genesis yang berarti gen (manusia). Sedangkan kata simfoni berarti karya musik panjang untuk orkestra. Jadi, exogenesis symphony ini berarti sebuah ide imajinatif dimana suatu saat nanti umat manusia akan eksodus ke planet lain. Musik simfoninya merupakan simbol dari serangkaian proses yang dramatis.

Setiap bagiannya pun tentu punya arti tersendiri. Mulai dari bagian kesatu "Overture" yang berarti pembuka, mengisahkan jeritan anak manusia yang terlahir dan terjebak dalam dunia yang telah 'rusak'. Menggunakan alat musik biola dan selo, bagian ini menjadi adegan dramatis dan ironis-melankolis. Bagian kedua "Cross Pollination" yang menggunakan musik piano Rachmaninnof dan drums Dominic dengan nuansa rock, menceritakan sebuah proses penyelamatan dari badai dan turbulasi di bumi yang ditempati sekarang menuju perubahan ke planet atau bumi yang baru. Bagian ketiga "Redemption" berkisah tentang manusia akan menempati langit dan bumi yang baru atas dasar pengampunan atau penebusan.

Lewat rangkaian lagu tersebut, bukan sekadar diajak bervakansi dari satu planet ke planet yang lain melainkan manusia disuruh untuk merefleksikan diri tentang apa yang telah mereka lakukan terhadap diri sendiri maupun alam semesta yang ditempatinya. Pada bagian kesatu lagu ini seolah menyayangkan bahwa manusia terlahir ke bumi, betapa kasihannya bayi suci itu akan mengenal dan menempati bumi yang kebanyakan sudah terisi dengan hal-hal yang rusak. Rusak disini tentu karena ulah manusia sendiri. Dari berbagai kasus; mulai dari kejahatan, kecelakaan, keserakahan, kerusakan alam, bencana hebat, hingga mendatangkan segala wabah penyakit yang menyeramkan. Betapa polosnya menjadi seorang bayi yang disambut dengan segala kerusakan tersebut, namun betapa menyedihkannya melihat orang dewasa itu seolah bahagia atas kedatangan manusia baru yang justru menjebaknya dalam situasi bumi yang sudah rusak ini. Lalu pada bagian lainnya, manusia menyadari bahwa bumi ini sudah rusak akibat mereka, kemudian bergegas pergi menyelamatkan diri sendiri dan keluarga yang disayanginya. Pada bagian kedua ini, aku punya dua perspektif cerita. Apakah perpindahan yang dimaksud adalah planet lain yang bisa dituju oleh manusia secara mandiri atau terjadinya kiamat yang diturunkan oleh Tuhan?

Jika jalan ceritanya adalah pindah ke planet baru, itu sangat memungkinkan. Aku teringat film Elysium, dimana Elysium adalah sebuah nama planet yang baru—yang dibuat sendiri oleh manusia. Semua peralatan yang dimiliki sangat canggih, alamnya sangat hijau dan suasananya teramat nyaman. Sebagaimana bayi yang baru lahir, planet ini menggambarkan alam semesta yang damai dan sangat suci. Namun planet ini hanya dihuni oleh manusia yang eksklusif. Tiket untuk memasuki planet ini sangat mahal seolah sedang menyeleksi alam, hanya manusia-manusia cerdas dan kaya raya yang boleh menempatinya demi terciptanya bumi baru yang lebih maju. Kemudian aku juga teringat berita akhir-akhir ini yang sudah terbuka mengenai planet Mars yang bisa ditempati manusia. Katanya, planet di sana terdapat sumber air yang merupakan salah satu syarat bisa ditempati manusia. Mengingat bumi ini sedang terserang wabah penyakit secara global, apakah nantinya manusia benar-benar akan eksodus ke planet Mars? Lalu, apakah wabah ini sebuah 'program' dalam rangka menyeleksi manusia agar planet selanjutnya lebih maju? Mengingat populasi manusia di beberapa negara sudah sangat terlampau jumlahnya. Jika kemungkinan ini benar, konspirasi ini hanya bisa dijawab oleh para elit politik, dimana semua rencana besar yang tadinya tak terpikirkan bisa saja terjadi. FYI, aku gak menanggapi hal ini secara serius sekalipun hal itu benar adanya. Ini hanya perspektif imajinasiku yang dihubungkan dengan keadaan nyata sekarang. Hehe.

Beda lagi jika makna lagu bagian kedua ini adalah penggambaran kiamat yang diturunkan oleh Tuhan. Jika seperti itu, jalan ceritanya akan lebih jelas dan simpel. Setelah manusia mengalami berbagai hukuman sebagai akibat dari perbuatan saat di bumi, maka pada bagian ketiga—berdasarkan perspektifku lagi tentunya, manusia akan menempati tempat abadi yang disebut akhirat, disana beberapa manusia memperoleh pengampunan lalu pada akhirnya mendapat kehidupan baru yang lebih sempurna dan damai daripada saat di bumi. Namun, ada juga kehidupan setelah mati berdasarkan Teori Cina. Setelah mengalami berbagai hukuman tadi saat mati, manusia akan memperoleh kehidupan lagi di planet yang baru (sebagaimana hidup di bumi seperti sekarang) sesuai dengan amal yang dilakukan kehidupannya terdahulu. Jika ia berbuat baik maka kehidupan selanjutnya akan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sebaliknya, jika ia berbuat buruk di kehidupan sebelumnya, maka ia akan hidup dan diciptakan kembali dengan keadaan yang lebih buruk lagi. Kehidupan sebelumnya yang berwujud manusia pun bisa berubah sesuai amal tersebut, di kehidupan selanjutnya bisa saja ia hidup sebagai manusia lagi, atau hewan, atau tumbuhan, atau benda-benda lainnya. Seseorang mati kemudian dihidupkan kembali terus menerus seperti itu, entah sampai kapan hentinya. Mungkin setelah manusia itu mencapai kualitas hidup yang lebih baik menurut Tuhan. We don't know. Aku juga bukan penganut Teori Cina ini.

So, intinya Exogenesis Symphony ini menurutku konsepnya agak spiritual. Seperti yang tadi disebutkan, sebenarnya lewat lagu ini manusia diajak untuk merefleksikan diri tentang apa-apa yang mereka lakukan selama hidupnya di bumi. Senada dengan lirik favoritku di Exogenesis Symphony ketiga: It’s our last chance to forgive ourselves. Sebelum memperbaiki segala penyesalan dan kesalahan kita, awal yang bisa dilakukan adalah memaafkan diri sendiri dan ikhlas.

Melalui lagu ini pula, kita menjadi tahu bahwa kehidupan tak hanya terjadi di bumi. Kita pernah hidup sebelumnya, dan sesudahnya hidup akan lebih rumit hingga akhirnya pengampunan datang dari Sang Yang Mempunyai Alam Semesta ini untuk hidup lebih damai. Tak lagi mengenal istilah kejahatan, kecelakaan, keserakahan, kerusakan alam, pelbagai bencana, dan penyakit; semua akan sempurna pada waktunya.

  • Share:

You Might Also Like

2 comments